Timnas
U-19 asuhan pelatih Indra Sjafrie meraih angka sempurna dalam babak
kualifikasi tersebut dan bertengger di puncak klasemen Grup B setelah
sebelumnya mengganyang Laos, Filipina, dan terakhir Korsel. Sejak itulah
nama Evan Dimas bersama Timnas U-19 dan sang arsitek Indra Sjafri
melambung di langit Negeri Nusantara.
Bakat Istimewa Dilihat Indra
Evan
Dimas sempat ditolak panitia program Deportivo SAD di Uruguay 2011
silam. Alasannya, ada yang menyebut karena masalah administrasi belaka.
Tapi ada juga yang menyatakan, Evan tak lolos karena nilainya paling
buruk. Oleh panitia, pada seleksi pertama nama Evan Dimas berada di
urutan terbawah.
Anak
sulung keluarga Condro Darmono dan Ana itu ternyata tak patah arang.
Semangatnya bermain bola tetap menggebu-gebu. Evan melihat kesempatan
untuk masuk di program PSSI yang dicanangkan Ketua Umum PSSI Djohar
Arifin tentang pembinaan pesepakbola usia dini berjenjang.
Ketika
itu, Indra Sjafri melihat dan menyimak penampilan Evan di Surabaya.
Pelatih asal Sumatra Barat itu kepincut dan akhirnya memboyong Evan
masuk Timnas U-17 yang waktu itu bertepatan dengan datangnya undangan
turnamen U-17 di Hong Kong, Februari 2012. Indra memang rajin mencari
anak-anak berbakat dari berbagai daerah.
"Yang
saya sayangkan sampai saat ini, belum ada pemandu bakat dari PSSI untuk
memantau talenta ke daerah-daerah. Padahal, jika kita ingin mencarinya,
sangat banyak pemain muda berpotensi," ungkap Indra dalam suatu
kesempatan.
Di Timnas U-17, Evan Dimas menjadi roh yang
menghidupkan lini tengah dan mampu menyuplai bola kepada penyerang.
Kemampuannya memimpin teman-temannya di lapangan, membuat sang pelatih
mempercayakan ban kapten pada Evan. Di Hong Kong, Evan Dimas bersama
Timnas U-17 sukses menjadi juara.
Timnas U-17 Jadi Skuat Pengharapan
Gelar
dari Hong Kong jadi bukti mereka bisa berprestasi. PSSI percaya dan
menginginkan Garuda Muda tetap dipertahankan. Garuda Muda ketika itu
tumbuh dalam pusaran konflik internal PSSI. Sempat terjadi 'kisruh'
antara kubu Djohar Arifin versus La Nyalla Matalitti.
Indra
Sjafri ketika itu diangkat menjadi asisten pelatih Manuel Blanco asal
Argentina untuk menangani Timnas U-19. Belakangan ternyata Blanco tak
mau jadi pelatih Garuda Muda. Kepercayaan akhirnya diberikan kepada
Indra Sjafri.
Indra
tak banyak menuntut dan gembar-gembor ketika membina Garuda Muda U-19.
Hasilnya nyata. Evan Dimas dan kawan-kawan meng hajar Brunei 5-0.
Kepercayaan diri mulai tumbuh. Anak-anak asuhan Indra kembali meraih
kemenangan kedua dengan menekuk Myanmar 2-1. Sebuah gol disumbangkan
Evan Dimas.
Dalam laga ketiga, Vietnam berhasil meredam langkah
Garuda Muda. Timnas Indonesia kalah 2-1. Pada pertandingan ketiga, Evan
Dimas dan kawan-kawan hanya mampu bermain imbang 1-1 lawan musuh
bebuyutan Malaysia.
Kesempatan melaju ke final tinggal selangkah
lagi. Timnas U-19 harus mengalahkan Timor Leste di semifinal. Kemenangan
itu datang, Timor Leste takluk 2-0. Perjuangan Timnas U-19 akhirnya
menemui ujungnya. Vietnam takluk di final. Publik Sidoarjo menjadi saksi
pertama kerja keras Timnas U-19 hingga menjadi jawara. Selama event
internasional ini, Evan mengemas 5 gol, di bawah bomber Vietnam Nguyen
Van Toan yang menjadi topskor dengan 6 gol.
"Saya
hanya menargetkan kami juara. Tak peduli, saya cetak gol atau tidak.
Yang penting tim menang," ungkap Evan Dimas kala itu.
Garuda Muda Buktikan Lagi
Ajang
kualifikasi Piala Asia 2014 jadi arena pembuktian Timnas U-19
berikutnya. Evan Dimas dan kawan-kawan berada di Grup G bersama Laos,
Filipina, dan juara bertahan Korea Selatan.
Armada U-19 menang
atas Laos 4-0 di laga perdana. Evan menyarangkan 1 gol dan 2 assist.
Lawan kedua yang harus dihadapi, Filipina yang sedang bangkit. Tak
terlalu repot, Evan dan kawan-kawan sukses menumbangkan lawannya dengan
skor 2-0. Tim terberat terakhir yang harus dihadapi dan telah berhasil
ditaklukkan adalah Korsel. Evan mencetak hat-trick ke gawang Korsel.
Setahun lagi, Oktober 2014, Timnas U-19 akan kembali berlaga pada
putaran final Piala Asia di Myanmar.
Ada
peristiwa yang tak akan pernah dilupakan Evan Dimas saat menghadapi
Korsel. Bukan soal tiga gol yang dihunjamkannya ke gawang Korsel itu,
tapi apresiasi para penonton yang mendukung penuh Timnas Garuda Muda.
Ketika itu, di babak kedua Evan ditarik keluar sang pelatih karena
mengalami cedera ringan. Teriakan-teriakan fans itu begitu nyata di
telinga.
"Evan Dimas... Evan Dimas..." Bahkan sebagian penonton memberikan tepuk tangan sambil berdiri saat Evan keluar lapangan.
"Alhamdulillah, saya bersyukur atas hasil ini. Semoga bisa lebih baik untuk ke depannya," ujarnya merendah.
Tanpa bermaksud menyombongkan diri, Evan memiliki keyakinan sejak awal: Korea Selatan bisa dikalahkan.
"Semua bisa dikalahkan kecuali Tuhan," ucap Evan tegas